Ascaris Lumbricoides.
Cacing ini menyebabkan penyakit yang disebut Askariasis. Mereka hidup di
rongga usus halus manusia. Berukuran 10-30 cm untuk cacing jantan dan
22-35 cm untuk cacing betina. Satu cacing betina Ascaris lumbricoides
dapat berkembang biak dengan menghasilkan 200.000 telur setiap
harinya. Telur cacing ini dapat termakan oleh manusia melalui makanan
yang terkontaminasi. Telur ini akan menetas di usus, kemudian
berkembang jadi larva menembus dinding usus, lalu masuk ke dalam
paru-paru. Masuknya larva ke paru-paru manusia disebut terinfeksi
sindroma loeffler. Setelah dewasa, Ascaris lumbricoides akan mendiami
usus manusia dan menyerap makanan disana, disamping tumbuh dan
berkembang biak. Inilah yang menyebabkan seseorang menderita kurang
gizi karena makanan yang masuk diserap terus oleh Ascaris
lumbricoides. Di Indonesia, penderita Askariasis didominasi oleh
anak-anak. Penyebab penyakit ini bisa karena kurangnya pemakaian
jamban keluarga dan kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk.
Cacing Tambang.
Cacing ini memiliki dua jenis yaitu Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale. Disebut cacing tambang karena dahulunya banyak ditemukan
pada buruh tambang di eropa. Necator americanus menyebabkan penyakit
nekatoriasis dan Ancylostoma duodenale menyebabkan penyakit
ankilostomiasis. Kedua jenis cacing ini banyak menginfeksi orang-orang
di sekitar pertambangan dan perkebunan. N. americanus dan A. duodenale
hidup di rongga usus halus dengan mulut melekat pada daging dinding
usus.
Tubuh Necator americanus mirip huruf S. Panjang cacing betina kurang
lebih 1 cm. Setiap satu cacing dapat bertelur 9000 ekor per hari.
Sementara itu panjang cacing jantan kurang lebih 0,8 cm. Ancylostoma
duodenale lebih mirip dengan huruf C. Setiap ekor Ancylostoma duodenale
dapat menghasilkan 28.000 telur per hari.
Telur cacing tambang keluar bersamaan dengan feces. Dalam waktu 1-1,5
hari, telur akan menetas menjadi larva, yang disebut larva
rhabditiform. Tiga hari kemudian larva berubah lagi menjadi larva
filarifom dimana larva ini dapat menembus kulit kaki dan masuk ke dalam
tubuh manusia. Di tubuh manusia, cacing tambang bergerak mengikuti
aliran darah, menuju jantung, paru-paru, tenggorokan, kemudian tertelan
dan masuk ke dalam usus. Di dalam usus, larva menjadi cacing dewasa
yang siap menghisap darah. Setiap ekor cacing N. americanus akan
menghilangkan 0,005-1 cc darah per hari sedangkan setiap ekor cacing A.
duodenale akan menyebabkan manusia kehilangan 0,08-0,34 cc per hari.
Oleh karena itulah, cacing tambang menjadi berbahaya karena dapat
menyebabkan anemia pada manusia.
Di Indonesia, insiden akibat cacing tambang tinggi pada daerah
pedesaan, terutama perkebunan. Infeksi cacing ini disebabkan oleh
kebiasaan masyarakat desa yang BAB di tanah dan pemakaian feces sebagai
pupuk. Selain lewat kaki, cacing tambang juga bisa masuk ke tubuh
manusia melalui makanan yang masuk ke mulut.
Cacing Cambuk.
Dalam bahasa latin cacing cambuk disebut Trichuris trichiura. Nama
penyakit yang ditimbulkannya disebut trikuriasis. Cacing cambuk betina
berukuran panjang 5 cm dengan ujung ekor membulat dan cacing cambuk
jantan memiliki panjang 4 cm dengan ujung ekor melingkar. Cacing ini
hidup di usus besar manusia bagian atas. Telur cacing cambuk berukuran
50-54 mikron. Seseorang akan terinfeksi trikuriasis apabila tertelan
telurnya. Pada anak-anak, cacing-cacing cambuk dapat ditemukan di
seluruh permukaan usus besar dan rectum. Cacing ini juga yang
menyebabkan seseorang terkena disentri dan anemia.
Strongyloides Stercoralis.
Jenis cacing ini membahayakan bagi bayi karena dapat ditularkan
melalui ASI. Strongyloides stercoralis hidup pada daerah beriklim
tropis dan subtropis. Hanya cacing betina dari jenis cacing ini yang
hidup sebagai parasit di usus manusia, terutama di duodenum dan
yeyunum. Telurnya menetas di kelenjar usus, kemudian keluar bersama
feces dalam bentuk larva rhabditiform. Larva ini akan berubah menjadi
larva filariform apabila sudah berada di tanah. Namun demikian, larva
filariform bisa juga terbentuk di dalam usus sehingga terjadi infeksi
yang disebut autoinfeksi interna. Ada tiga tipe strongiloiddiasis (nama
penyakit yang disebabkan Strongyloides stercoralis,-red) yaitu tipe
ringan, tipe sedang, dan tipe berat. Tipe ringan tidak memberikan
gejala apa-apa. Pada tipe sedang, dapat menyebabkan gangguan pada
saluran pencernaan, umumnya gejala di usus. Jika sudah pada tipe atau
infeksi berat, penderita mengalami gangguan hampir di seluruh sistem
tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian.
Cacing Kremi.
Penyakit akibat cacing kremi dikenal dengan Enterobiasis sebagaimana
nama latin cacing kremi yaitu Enterobious vermicularis. Penyebaran
cacing kremi lebih banyak terjadi pada daerah dengan hawa dingin.
Cacing kremi betina berukuran 8-13 mm x 0,44 mm dengan ekor panjang dan
runcing sedangkan cacing kremi jantan berukuran 2-5 mm dengan ekor
melingkar. Daur hidup cacing ini bekisar antara 2 minggu sampai 2
bulan. Penularan cacing kremi terjadi antar keluarga dan kelompok dalam
suatu lingkungan yang sama. Penularannya dipengaruhi oleh debu dan
penularan dari mulut ke tangan.
Trichinella Spiralis.
Cacing ini menyerang usus halus manusia. Bagi orang yang suka
mengonsumsi daging babi yang mentah atau kurang matang, kemungkinan
untuk menderita penyakit trikiniasis lebih besar. Oleh karena daging
babi sebagai pembawanya, trikiniasis jarang mengonfeksi masyarakat
dengan penduduk mayoritas muslim. Trichinella spiralis dewasa berbentuk
halus seperti rambut. Mereka hidup di dalam usus halus dengan panjang
3-4 mm untuk cacing betina dan 1,5 mm untuk cacing jantan. Larva
cacing ini dapat menginfeksi otot sehingga terjadi nyeri otot dan
radang otot. Infeksi berat larva Trichinella spiralis, yaitu
mengandung lebih dari 5.000 larva per kg bb, dapat menimbulkan
kematian dalam jangka waktu 2-3 minggu
No comments:
Post a Comment